Budaya Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kenetralan sebagian atau keseluruhan artikel ini dipertentangkan. Silakan melihat pembicaraan di halaman diskusi artikel ini. |
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:{{cquote2|Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.[1]
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.[2]
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. [3]
[sunting] Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.[sunting] Rumah adat
- Aceh: Rumoh Aceh
- Sumatera Barat : Rumah Gadang
- Sumatera Selatan : Rumah Limas
- Jawa : Joglo
- Papua : Honai
- Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Tenggara: Istana buton
- Sulawesi Utara: Rumah Panggung
- Kalimantan Barat: Rumah Betang
- Nusa Tenggara Timur: Lopo
[sunting] Tarian
- Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog
- Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet
- Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji
- Aceh: Saman, Seudati
- Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
- Betawi: Yapong
- Sunda: Jaipong, Tari Topeng
- Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
- Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
- Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
- Sulawesi Tengah: Dero
- Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung
- Riau : Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
- Lampung : Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
- Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang )
- Nias : famaena
[sunting] Lagu
- Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung
- Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina,Goro-Gorone, Huhatee
- Melayu : Soleram, Tanjung Katung
- Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
- Aceh : Bungong Jeumpa
- Kalimantan Selatan : Ampar-Ampar Pisang
- Nusa Tenggara Timur : Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku
- Sulawesi Selatan : Angin Mamiri
- Sumatera Utara : Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge,
- Papua/Irian Barat : Apuse
- Sumatera Barat : Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga,
- Jambi: Batanghari
- Jawa Barat : Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan,
- Kalimantan Barat : Cik-Cik Periuk
- Sumatera Selatan : Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile,
- Banten : Dayung Sampan
- Sulawesi Utara : Esa Mokan
- Jawa Tengah : Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran
- Nusa Tenggara Barat : Helele U Ala De Teang
- Kalimantan Timur : Indung-Indung
- Jambi : Injit-Injit Semut
- Kalimantan Tengah : Kalayar
- Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
- Keraban Sape (Jawa Timur)
- Keroncong Kemayoran (Jakarta)
- Kole-Kole (Maluku)
- Lalan Belek (Bengkulu)
- Lembah Alas (Aceh)
- Lisoi (Sumatera Utara)
- Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
- Malam Baiko (Sumatera Barat)
- Mande-Mande (Maluku)
- Manuk Dadali (Jawa Barat)
- Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
- Mejangeran (Bali)
- Mariam Tomong (Sumatera Utara)
- Moree (Nusa Tenggara Barat)
- Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
- O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
- Ole Sioh (Maluku)
- Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
- O Ulate (Maluku)
- Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
- Pakarena (Sulawesi Selatan)
- Panon Hideung (Jawa Barat)
- Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
- Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
- Peuyeum Bandung (Jawa Barat)
- Pileuleuyan (Jawa Barat)
- Pinang Muda (Jambi)
- Piso Surit (Aceh)
- Pitik Tukung (Yogyakarta)
- Flobamora, Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
- Rambadia (Sumatera Utara)
- Rang Talu (Sumatera Barat)
- Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
- Ratu Anom (Bali)
- Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
- Sarinande (Maluku)
- Selendang Mayang (Jambi)
- Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
- Siboga Tacinto (Sumatera Utara)
- Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
- Sing Sing So (Sumatera Utara)
- Sinom (Yogyakarta)
- Si Patokaan (Sulawesi Utara)
- Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
- Soleram (Riau)
- Surilang (Jakarta)
- Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
- Tanduk Majeng (Jawa Timur)
- Tanase (Maluku)
- Tapian Nauli (Sumatera Utara)
- Tari Tanggai (Sumatera Selatan)
- Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
- Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
- Tokecang (Jawa Barat)
- Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)
- Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
- Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
- Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
- Terang Bulan (Jakarta)
- Yamko Rambe Yamko (Papua)
- Bapak Pucung (Jawa Tengah)
- Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah)
- Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
- Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)
- bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)
[sunting] Musik
- Jakarta: Keroncong Tugu.
- Maluku :
- Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
- Minangkabau :
- Aceh :
- Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
- Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang
[sunting] Alat musik
- Jawa: [[Gamelan][kendang jawa]].
- Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
- Gendang Bali
- Gendang simalungun
- Gendang Melayu
- Gandang Tabuik
- Sasando
- Talempong
- Tifa
- Saluang
- Rebana
- Bende
- Kenong
- Keroncong
- Serunai
- Jidor
- Suling Lembang
- Suling Sunda
- Dermenan
- Saron
- Kecapi
- Bonang
- Kendang Jawa
- Angklung
- Calung
- Kulintang
- Gong Kemada
- Gong Lambus
- Rebab
- Tanggetong
- Gondang Batak
- Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya
[sunting] Gambar
[sunting] Patung
- Jawa: Patung Buto, patung Budha.
- Bali: Garuda.
- Irian Jaya: Asmat.
[sunting] Pakaian
- Jawa: Batik.
- Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
- Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
- Sumatra Barat/ Melayu:
- sumatra selatanSongket
- Lampung : Tapis
- Sasiringan
- Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
- Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
[sunting] Suara
- Jawa: Sinden.
- Sumatra: Tukang cerita.
- Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)
[sunting] Sastra/tulisan
- Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
- Bali: karya tulis di atas Lontar.
- Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
- Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
- Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
[sunting] Makanan
Timor Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.[sunting] Kebudayaan Modern Khas Indonesia
- Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
- Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
- Sastra: Pujangga Baru.
[sunting] Referensi
- ^ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199], Hal 41-42.
- ^ [http://http://redu4nebarkaoi.com/author/redu4nebarkaoi/ Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
- ^ Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan, [ Jakarta: P&K, 1992], hal 247
Tidak ada komentar:
Posting Komentar